Wednesday, September 2, 2015

You should know her : Mari Belajar Mengenai Perempuan


reviewer by pandu pramudita

Salah satu gerakan perempuan, yang dikenal sebagai feminis, adalah menanamkan pengetahuan kepada mereka agra dapat mengeluarkan pendapatnya sendiri dan tidak menjadi manusia makhluk kedua setelah laki-laki. Hanya saja, penanaman ini tidak dapat hanya bergerak satu sisi. Agar sampai pada tujuan kesetaraan gender, maka harus ada sebuah penanaman pengetahuan bersama, saling mengerti dan memahami adalah tujuan utama agar mencapai kehidupan yang lebih baik. Antara laki-laki dan perempuan jika terjalin saling pengertian, maka tidak akan lagi terjadi sebuah perendahan salah satu gender dalam persamaan manusia. Berikut saya akan mencuplikkan sebuah chapter dalam buku yang selanjutnya saya rekomendasikan kepada Anda untuk membacanya lebih lanjut.

Ujung Payung Tidak Menghamili

“Dokter, istri saya berusia sembilan belas tahun mengharapkan punya anak dari saya,” kata seorang suami berusia 90 tahun, ketika mendatangi tempat seorang dokter ahli kandungan.

Si dokter ahli kandungan menanggapi dengan ramah dan manis, “Baik, tapi dengarkan dulu cerita saya ini.”

Lelaki berusia tua mendengarkan cerita dokter ahli kandungan yang duduk di hadapannya.

“Ada seorang pemburu,” dokter ahli kandungan memulai ceritanya, “pemburu itu membuat kesalahan. Ia tidak membawa senapan melainkan payung untuk berburu. Tiba-tiba seekor beruang menyerang si Pemburu. Dengan cekatan si pemburu mengarahkan payungnya dan menembakkan ke arah beruang tersebut. dan, beruang itu pun mati.”

“Mana mungkin? Pasti ada orang lain yang menembak beruang itu,” seru lelaki tua itu menanggapi cerita si dokter.

“Itulah, maksud saya!” kata si dokter ahli kandungan dengan tegas.
(Disadur dari Plato and a Platypus Walk into a Bar)

Lelucon yang baru Anda baca adalah analogi yang melukiskan bagaimana mungkin seorang kakek berusia uzur bisa menghamili perempuan berusia sangat muda? Tetapi seperti halnya perempuan pada umumnya, perempuan muda itu pun ingin punya anak.

Mengapa si perempuan ingin punya anak? Jawabannya, karena ia perempuan. Ada anggapan kuat dan diyakini masyarakat bahwa jika seorang perempuan punya anak, maka ia menjadi perempuan sempurna. Maka, tak usah heran apabila banyak perempuan yang merana, merasa hina dan tidak berguna jika tidak mempunyai anak. Di lain pihak, para perempuan penganut feminis radikal-liberal menolak punya anak. Atau, jika punya anak ingin hamil melalui sistem ekstogenesis (kehamilan di luar tubuh dengan menggunakan plasenta buatan). Alasan mereka, mejadi ibu biologis itu memeras perempuan baik secara fisik maupun psikologis (Tong, 1998).

Suka atau tidak suka, siapa pun yang telah lahir ke dunia ini sebagai perempuan tentulah tidak menolak. Mungkin, bisa saja mengingkarinya dengan cara operasi kehamilan. Tetapi gennya sebagai perempuan tidaklah bisa dihilangkan, yaitu terlahir dari bentukan sel sperma lelaki yang terdiri dari 44 buah kromosom inilah yang membedakan antara lelaki dan perempuan dalam bentuk fisik luar maupun organ di dalamnya, termasuk alat kelamin yang adalah alat reproduksi.

Alat kelamin perempuan disebut vagina. Bagian luar vagina disebut vulva. Inti vagina adalah sebuah tabung berlapis otot yang membujur ke atas dan condong ke belakang hingga ke dalam atau ujungnya yang disebut rahim (uterus). Panjang tabung vagina sekitar 9 cm, dan punya keistimewaan. Selain elastis (untuk menerima penis yang tegang dan membesar), juga bisa membersihkan dirinya sendiri untuk tetap steril.

Sedangkan rahim, sungguh menakjubkan. Ia merupakan kantong berlapis mirip buah pir, terletak di tengah kurungan pinggul, diapit oleh kandung kencing di depan dan di belakang usus. Panjang rahim kira-kira 9 cm, lebar 6 cm, dan beratnya hanya 60 gram. Fungsi rahim adalah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin pada saat si perempuan mengandung. Rahim ini juga elastis, ukurannya berubah, menyesuaikan perkembangan janin (Jones, 2005). Dari rahimlah asal mula kehidupan manusia. hanya perempuanlah yang mempunyai rahim. Maka, perempuanlah disebut pula sebagai empu-an yang artinya yang dipertuan atau terhormat. Sungguh luhur sebutan itu dan memang seluhur itulah fungsi perempuan yang sesungguhnya.


Tetapi, bagaimana jika seseorang perempuan tidak mau punya anak? Menurut para tokoh feminis radikal-liberal itu merupakan hal pilih kaum perempuan dan harus dihormati. Sebab, perempuan yang mengutamakan kariernya (bekerja di luar rumah) akan repot jika harus mengurusi anak. Untuk menjadi superwoman (menjadi ibu rumah tangga/mengurusi anak dan punya karier) juga bukan hal mudah. Maka, sejak tahun 70-an, perempuan yang tidak mau punya anak (bahkan tidak juga mau menikah) jumlahnya cenderung bertambah. Ini dampak dari “kebangkitan perempuan” yang diilhami gerakan feminis liberal akhir tahun 60-an. Kebangkitan ini mendorong perempuan untuk ke luar rumah menjadi perempuan karier.

“Mengombinasikan antara perkawinan, menjadi ibu, dan berkarier bukanlah hal yang mudah!” tegas Betty Friedan, tokoh feminis, dalam bukunya berjudul The Second stage. Sebab, tidak semua perempuan bisa menjadi perempuan super yang mampu merawat anak-anaknya, mencintai suaminya, mengurus rumah tangganya dengan baik, dan membina kariernya di luar rumah. Kesimpulannya, perempuan harus mampu memilih dengan bijak: mana yang diprioritaskan?

Kemudian Friedan memberi contoh kasus nasib malang seorang perempuan yang memilih kariernya daripada perkawinan dan menjadi seorang ibu. Berikut penuturannya:

“Saya perempuan pertama di dalam manajemen di sini. Saya memberikan segala-galanya untuk pekerjaan. Mula-mula merasa menyenangkan, menerobos tempat yang tidak dimasuki oleh perempuan sebelumnya. Kini, pekerjaan itu hanyalah sekadar satu pekerjaan. Saya tidak tahan kembali ke apartemen saya sendiri setiap malam. Saya ingin mempunyai sebuah rumah, mungkin juga sebuah taman. Mungkin seharusnya saya mempunyai seorang anak, bahkan tanpa ayah sekalipun. Paling tidak, saya akan mempunyai sebuah keluarga. Seharusnya ada cara yang lebih baik untuk hidup.”

Dari kasus yang dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa “cara hidup yang lebih baik” adalah melakukan apa yang menjadi kodrat perempuan, yaitu memfungsikan rahimnya: mempunyai anak!

Bicara mengenai rahim, Simone de Beauvoir, seorang penulis, sastrawati dan filsuf Prancis memaparkan bahwa perempuan itu rahim dan sebutir telur (the woman is a womb and an ovary!). Paparannya itu ia tulis dalam bukunya yang berjudul The Second sex (Seks Kedua). Tulisnya, jika perempuan itu hanya sebagai rahim dan sebutir indung telur, ia tak lebih sebagai “betina” yang dianggap makhluk kelas dua oleh kaum lelaki karena hanya berfungsi sebagai “pabrik bayi”. Ia menolak keras anggapan tersebut dengan cara mengajak kaum perempuan menjadi perempuan modern.

Baginya, ciri-ciri perempuan modern adalah (harus) menjadi dirinya sendiri, punya pendapat, mampu melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, punya inisiatif dan kreatif dalam mengubah nasibnya. Perempuan modern juga punya kesadaran penuh untuk sejajar atau menjadi mitra kaum lelaki. Dengan demikian, fungsi perempuan tidak hanya sekadar sebagai “pabrik bayi”.
..........................................................................................................................................................................................................................................................................
Adalah cuplikan dari buku yang berjudul “Her Story: Sejarah Perjalanan Payudara” yang ditulis oleh Naning Pranoto. Buku ini akan menyajikan sebuah pengetahuan yang dapat membuka mata kita mengenai kesetaraan gender. Fokus pembicaraan adalah seputar perempuan, baik gender maupun seksualitas, namun pengetahuan ini justru diperuntukkan kaum laki-laki, yang dipertegas dalam sampulnya dimana terdapat bintang yang bertuliskan "Lelaki wajib memiliki". Keseteraan gender akan terwujud jika saling memahami. Oleh sebab itu, pengetahuan yang melingkupi perempuan juga sepatutnya dipahami juga oleh laki-laki. Bahasa yang digunakan oleh Naning ini sangat ringan. Diawali dengan cerita, baik yang bersifat jenaka maupun yang melegenda di masyarakat, kemudian disentuhnya dengan pengetahuan-pengetahuan kesetaraan gender. Pengetahuan Arkeologi - atau melihat juga dari sisi anatomi, khususnya bagian tubuh vital perempuan - menjadi salah satu hal yang disorotinya untuk mengungkap pengetahuan yang seharunya diketahui oleh masyarakat dan mencoba membongkar mitos-mitos dalam bagian-bagian vital itu. Maka buku terbitan Kanisius ini sangat disarankan sebagai daftar bacaan Anda untuk membuka cakrawala kesetaraan gender. Selamat berburu buku.

0 comments:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com