Tuesday, September 1, 2015

Pemikiran Karl Marx : Suatu Pengantar


reviewer by pandu pramudita

 “Simbolisasi namanya [Karl Marx] berdampak pada campur adukya pemahaman kita terhadap ide-idenya ... Dia sering dikritik, 
sebagaimana dia juga sering dipuji, oleh orang yang 
pada dasarnya tidak pernah membaca karyanya
(Ritzer dan Goodman, 2013)

Membaca kalimat yang diungkapkan oleh George Ritzer dan Douglas J. Goodman dalam terjemahannya Teori Marxis dan Berbagai Teori Neo-Marxian (2013), memberikan suatu dorongan untuk membaca lebih lanjut karya-karya Marx yang melegenda. Tidak seperti filsuf lain, Marx dikenals ebagai filsuf yang emansipatoris, berpihak dalam pembebasan. Bagi Marx, sebuah teori tentang bagaimana masyarakat bekerja akan bersifat khsus karena terutama dilihatnya adalah tentang bagaimana mengubah masyarakat (Ritzer dan Goodman, 2013: 7). Dalam penulisan ini, akan mereview karya Franz Magnis-Suseno tentang bukunya yang berjudul Pemikiran Karl Marx: dari Utopis ke Perselisihan Revisionisme.
Hal pertama akan dimulai dengan kata “marxisme”. Kata “marxisme”, tidak sama dengan “komunisme”. “Komunisme” yang juga disebut “komunisme internasional” adalah nama “gerakan kaum komunis”. Komunisme adalah gerakan dan kekuatan politik “partai-partai komunis” yang sejak revolusi Oktober 1917 di bawah pimpinan W.I. Lenin menjadi kekuatan politis dan ideologis internasional. Istilah komunis juga dipakai untuk “ajaran komunisme” atau “Marxsisme-Leninisme” yang merupakan ajaran ideologi resmi komunisme. Istilah Marxisme sendiri adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx yang terutama dilakukan oleh temannya, Friedrich Engels dan oleh tokoh teori Marxis Karl Kautsky.
Menurut Marx, agama hanyalah tanda keterasingan manusia tetapi bukan dasarnya. Keterasingan manusia dalam agama adalah ungkapan keterasingan yang lebih mendalam. Agama hanyalah sebuah pelarian karena realitas memaksa manusia untuk melarikan diri. Agama adalah realisasi hakikat manusia dalam angan-angan karena hakekat manusia tidak mempunyai realitas yang sungguh-sungguh. Maka, menurut Marx, agama adalah candu rakyat.
Kemunculan negara dilihat Marx dalam runtutan bahwa dalam keterasingan manusia dari sifatnya sosialnya menghasilkan agama, sehingga manusia dipandang sebagai individu. Sebagai individu, manusia itu egois, dan ia hanya sosial karena harus taat pada negara. Bagi Marx, adanya negara membuktikan bahwa manusia terasing dari kesosialannya karena andaikata manusia sosial dengan sendirinya, tidak perlu ada negara memaksanya agar mau bersifat sosial. Jadi keterasingan dasar manusia adalah keterasingan dari sifatnya yang sosial. Tanda keterasingan itu adalah eksistensi negara sebagai lembaga yang dari luar dan atas memaksa individu-individu untuk bertindak sosial, sedangkan individu itu sendiri semata-mata bertindak egois.
Marx memahami bahwa keterasingan manusia dari kesosialannya siproduksi dalam pekerjaan di bawah sistem ekonomi kapitalis. Keterasingan dalam pekerjaan adalah dasr segala keterasingan manusia, karena menurut Marx, pekerjaan adalah tindakan manusia paling dasar: dalam pekerjaan, manusia membuat dirinya menjadi nyata. Marx memperlihatkan pekerjaan sebagai pembeda manusia dengan binatang, karena manusia bekerja secara bebas dan universal. Bebas karena ia dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung. Universal karena di satu pihak ia dapat memakai pelbagai cara untuk tujuan yang sama, di lain pihak ia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka salah satu tujuan. Bekerja berarti bahwa manusia mengambil bentuk alami dari objek alami dan memberikan bentuknya sendiri. Pekerjaan adalah jembatan antar manusia. Tampak bahwa manusia pada hakikatnya bersifat sosial, dan hakikat itu terbukti dalam pekerjaan. Karena itu pekerjaan menggembirakan.
Bagi kebanyakan orang, dan khususnya bagi buruh industri dalam sistem kapitalis, pekerjaan tidak merealisasikan hakikat mereka melainkan justru mengasingkan mereka.  Jadi pekerjaan tidak mengembangkan manusia, melainkan mengasingkan manusia, baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Kete-rasingan dari dirinya sendiri mempunyai tiga segi, yaitu pekerja merasa asing dari produknya, tindakan bekerja itu sendiri pun kehilangan arti bagi si pekerja, dan dengan memperalat pekerjaannya semata-mata demi tujuan memperoleh nafkah. Konsekuensi langsung dari keterasingan manusia dari prosuk pekerjaannya dari kegiatan kehidupannya, dari hakektanya sebagai manusia, adalah keterasingan manusia dari manusia. Manusia tidak agi bertindak demi kebutuhan sesama, emlainkan hanya sejauh tindakannya menghasilkan uang. Maka uang menandakan keterasingan manusia dari alam dan dari sesama manusia.
Sistem hak milik pribadi telah memisahkan antara pemilik dan pekerja, antara yang menguasai alat produksi dan yang menguasai tenaga kerja. Menurut Marx, hubungan hak milik pribadi juga mengasingkan majikan dari hakikatnya. Perbedaan keterasingan majikan dan buruh adalah, jika majikan mengalami sudut madu keterasingan, maka buruh mengalami sudut pahit dari keterasingan itu. Pada akhirnya segala keterasingan manusia akibat dari sistem hak milik pribadi.
Marx membedakan tiga tahap manusia, yaitu masyarakat purba sebelum pembagian pekerjaan dimulai, tahap pembagian kerja sekaligus tahap hak milik pribadi dan tahap keterasingan, dan tahap kebebasan, yaitu apabila hak milik pribadi sudah dihapus. Marx mengungkapkan bahwa komunisme adalah peng-hapusan positif milik pribadi sebagai keterasingan diri manusia dan karena itu pemilikan nyata hakikat manusia oleh dan bagi manusia.
Karl Marx tidak menjelaskan secara definitid apa itu yang disebut kelas sosial. Marx langsung menggambarkan kelas sosial dan pertentangannya. Menurut Marx, pelaku-pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu-individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Akan terlihat bahwa dalam setiap masyarakat terdapat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai. Tiga dalam masyarakat kapitalis, meurut Marx terdapat tiga kelas, yaitu kaum buruh, kaum pemilik modal, dan para tuan tanah. Kelas buruh melakukan pekerjaan, tetapi karena mereka sendiri tidak memiliki tempat dan sarana kerja, mereka terpaksa menjual tenaga kerja. Buruh hanya dapat bekerja apabila pemilik membuka tempat kerja baginya, dan majikan hanya beruntung dari pabrik dan mesin-mesin yang dimilikinya apabila ada buruh yang mengerjakannya. Dengan demikian kelas pemilik adalah kelas yang kuat dan para pekerja adalah kelas yang lemah. Dalam hubungan produksi, yang berkuasa adalah para pemilik sedangkan yang dikuasai adalah para pekerja.
Pertentangan antara kelas buruh dan kelas majikan tidak ada hubungannya dengan moralitas, melainkan karena kepentingan dua kelas itu secara objektif berlawanan satu sama lain. Menurut Marx, setiap kelas sosial bertindak sesuai dengan kepentingannya dan kepentingannya ditentukan oleh situasinya yang objektif. Ada beberapa unsur dalam teori kelas Marx yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, tampak betapa besar peran segi struktural dibandingkan segi kesadaran dan moralitas, dan kedua, karena kepentingan kelas pemilik dan kelas buruh secara objektif bertentangan, mereka juga akan mengambil sikap daasr yang berbeda terhadap perubahan sosial. Ketiga, begitu kepentingan kelas bawah yang sudah lama ditindas mendapat angin, kekuasaan kelas penindas mesti dilawan dan digulingkan. Namun kelas atas pastinya tidak akan ungkin merelakan perubahan sistem kekeuasaan, karena perubahan itu niscaya mengakhiri peranannya sebagai kelas atas. Oleh karena itu, sebuah perubahan sistem sosial hanya dapat tercapai dengan jalan kekerasan, melalui revolusi. Marxisme yakin bahwa semua reformasi dan usaha perdamaian antara kelas atas dan bawah hanya menguntungkan kelas atas karena mengerem perjuangan kelas bawah untuk membebaskan diri.
Menurut Marx, bahwa negara secara hakiki merupakan negara kelas, artinya negara dikuasai secara langsung atau tidak langsung oleh kelas yang menguasai bidang ekonomi. Karena itu, menurut Marx, negara bukanlah lembaga di atas masyarakat yang mengatur masyarakat tanpa pamrih, melainkan merupakan alat dalam tangan kelas-kelas atas untuk mengamankan kekuasaan mereka. Negara memungkinkan kelas atas untuk memperjuangkan kepentingan khusus mereka “sebagai kepentingan umum”.
Mengajukan sesuatu sebagai kepentingan umum yang sebenarnya merupakan kepentingan egois pihak yang berpamrih itulah inti ideologis yang dimaksudkan Marx. Ideologi adalah ajaran yang menjelaskan suatu keadaan, terutama kekuasaan, sedemikian rupa, sehingga orang menganggapnya sah, padahal jelas tidak sah.
Kalau diandaikan bahwa sekelompok orang bertindak berdasarkan kepentingan primer untuk mempertahankan diri, maka kelas-kelas atas tentu selalu berkepentingan untuk mempertahankan kedudukan mereka, sedangkan kelas-kelas bawah sebaliknya berkepentingan untuk mengubah situasi dimana mereka tertindas. Dibelakang semua perang dan pemberontakan, akhirnya terdapat kelas-kelas sosial yang memperjuangkan kepentingan mereka, yang satu tetap menindas segala ancaman terhadap kedudukan mereka, dan yang lain membebaskan diri dari ketertindasan itu.
Menurut Marx, bahwa pembebasan manusia dari keterasingannya hanya dapat dilaksanakan lewat sebuah revolusi, revolusi yang sesungguhnya. Marx menegaskan bahwa tidak mungkin revolusi itu disulut oleh filsafat semata. Revolusi membutuhkan unsur pasif, dasar material. Rakyatlah yang harus merasakan kebutuhan akan emansipasi, abru kemudian dia terbuka bagi kritik teoretis sang filosof. Dan jika rakyat betul-betul tertindas maka tentu ingin berrevolusi, sedang-kan apabila rakyat tidak mau berrevolusi, kondisina memang belum matang. Kelas yang dicari Marx adalah kelas yang tidak hanya mengalami macam-macam penghinaan, melainkan mesti kehilangan kemanusiaannya. Masyarakat yang melakukan pembubaran masyarakat telah membentuk golongan-golongan atas kelas-kelas yang radikal. Salah satu golongan yang muncul, dan yang dicari oleh Marx adalah Proletariat. Proletariat dipahami sebagai kelas total karena tertindas total, yang bertentangan dengan struktur masyarakat yang ada tidak secara parsial, melainkan total, dan oleh karena itu, apabila ia berrevolusi akan berrevolusi secara total, artinya akan membebaskan masyarakat dari kelas-kelas, akan membebaskan manusia sebagai manusia.
Materialis sejarah dapat dirumuskan sebagai berikut: “bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka. Keadaan sosial adalah produksinya, pekerjaannya. Manusia ditentukan oleh produksi mereka, baik apa yang mereka produksikan, maupun cara merka berproduksi. Jadi individu-individu tergantung pada syarat-syarat material produksi mereka. Manurut Marx, kesadaran tidak mungkin lain dari keadaan yang disadari dan keadaan manusia adalah proses manusia yang sungguh-sungguh.
Marx membagi lingkup kehidupan manusia dalam dua bagian besar, yaitu “basis” adalah produksi kehidupan material, dan “bangunan atas” yaitu proses kehidupan sosial, politik, dan spiritual. Marx mengatakan bahwa perubahan masyarakat merupakan akibat dinamika dalam basis dan bukan dalam bangunan atas. Sedangkan bangunan atas baru berubah apabila struktur hak milik berubah.
Mars berpendapat bahwa setiap perubahan sosial mesti bersifat revolusioner. Perubahan baru dapat terjadi apabila kelas-kelas bawah cukup kuat untuk dapat memaksakannya ke kelas-kelas atas, dan itulah revolusi. Maka perjuangan kelas adalah motor kemajuan sejarah. Revolusi itu pada permulaannya akan bersifat politis: proletariat merebut kekuasaan negara dan mendirikan “kedikatatoran proletariat”. Artinya, proletariat menggunakan kekuasaan negara untuk menindas kaum kapitalis untuk mencegah mereka memakai kekayaan dan fasilitas luas yang masih mereka kuasai untuk menggagalkan revolusi proletariat dan mengembalikan keadaan lama.
Sosialisme dan komunisme yang dipahami pada dewasa ini janganlah dipahami sebagai suatu hal yang diusung oleh Marx. Komunisme yang diusung Marx berbeda dengan komunisme yang diusung oleh Lenin. Yang dimaksudkan Marx dengan komunisme bukanlah sebuah kapitalisme negara. Marx mengatakan bahwa hanya pada permulaan, sosialisasi berarti nasionalisasi. Tetapi setelah kaum kapitalis tidak merupakan ancaman lagi, negara kehilangan fungsinya dan menghilang.
Pemikiran Marx selama hidupnya terbagi menajdi dua periode, yaitu yang biasa dikenal sebagai Marx Muda dan Marx Tua. Marx muda lebih memfokuskan pada bidang humanis sedangkan dalam karyannya Marx tua lebih memfokuskan pada sisi ilmiah. Kedua periode itu ditandai dengan kecambuknya Revolusi Perancis pada tahun 1848. Dalam karya-karyanya, filsuf pada masa itu meyakini bahwa karya-karya Marx sebagian dipengaruhi oleh pemikiran Hegel, namun yang menjadi ciri khas seorang marx adalah keberpihakannya, bahwa ketika banyak filsuf yang sibuk mendefinisikan manusia, masyarakat dan dunia, maka yang terpenting adalah mengubahnya. Dalam perkembangannya, Marx Muda akan dibahas dalam lingkungan akademik yang selanjutnya akan melahirkan Neo-Marxian. Sedangkan karya-karya Marx Tua berkembang menjadi pandangan dunia kaum buruh atau ideologi di beberapa negara.
Pemikiran Karl Marx: dari Utopis ke Perselisihan Revisionisme adalah buku pengantar yang baik bagi anda yang ingin memahami dasar-dasar pemikiran Karl Marx. Dengan bahasa yang mudah dipahami, Franz Magnis-Suseno, seorang filsuf besar di Indonesia, menurunkan sepenggal ilmunya untuk anak Bangsa Indonesia. Silahkan pembaca yang budiman membaca lebih lanjut buku yang berjudul Pemikiran Karl Marx: dari Utopis ke Perselisihan Revisionisme dengan penulis Franz Magnis-Suseno penerbit Gramedia. Selamat berburu buku.

0 comments:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com