reviewer by pandu
pramudita
Masuk lewat pintu belakang, lebih sering menjadi sebuah konotasi negatif di masyarakat, yan berarti sembunyi-sembunyi atau bermain curang. Namun kali ini pintu belakang yang dimaksud memiliki makna denotasi atau makna sesungguhnya, yaitu bagian rumah yang berfungsi untuk keluar masuk dari belakang. Apakah rumah anda
memiliki pintu belakang? Mungkin saja ada yang mengatakan, “Mengapa harus ada
pintu belakang, belakang rumah saya ada tembok besar berdiri kokoh menghimpit
dinding belakang rumah”. Ya, mungkin kecuali rumah mereka yang bagian
belakangnya harus berhimpitan dengan sebuah akses yang mati, seperti sungai,
tembok, atau barangkali jurang. Saya sendiri tinggal di rumah yang memiliki
tiga akses pintu, pintu depan sebagai pintu utama yang menghubungkan halaman
dan ruang tamu, di bagian samping depan juga terdapat pintu garasi dimana
kebanyakan penghuni rumah ini keluar masuk melewati pintu itu, dan sebuah pintu
lagi di belakang yang menghubungkan ruang keluarga langsung ke akses jalan
setapak. Dapat saya katakan bahwa pintu utama itu adalah pintu kehormatan,
dimana kala tamu berkunjung pintu itu terbuka, pintu belakang adalag akses
sosial, dan pintu garasi adalah akses ekonomi di rumah ini. Tapi hal ini membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, dan halaman ini tidak cukup untuk menjelaskan itu. Tapi
setidaknya, rumah Anda saya harap memiliki pintu akses kedua setelah pintu
depan atau pintu utama. Berikut saya akan menyajikan sebuah cuplikan buku yang
melihat pentingnya pintu kedua, atau lebih dia tegaskan dengan Pintu Belakang.
...........................................................................................................................................................................................................................................................................
Kami
sendiri sangat heran ketika kami kembali untuk pindah ke rumah tersebut dan
melihat perubahannya. Sebelum rumah itu selesai, pintu belakang yang melewati
tempat kamar mandi (dalam hal ini mencakup toilet) sebelumnya terbuka ke
halaman luar sehingga orang dapat dengan mudah pergi ke halaman rumah keluarga
Sae dan keluarga Cipto dan pintu belakangnya. Ketika kami kembali, seluruh
halaman itu telah berdinding tembok, dan telah ada atap di separuh bagian yang
kini menjadi dapur dengan tempat cuci piring, lantai keramik dan air yang
disalurkan melalui pipa. Yang paling mencolok, bagian belakang itu kini putus
hubungannya sama sekali dengan tetangga-tetangga oleh dinding setinggi lebih
dari 2 meter. Bagi kami, ruang baru ini enak, sangat pribadi di belakang rumah,
jauh dari intipan mata orang lain. Bagi tetangga-tetangga kami, dinding baru
itu tidak saja menandai putusnya hubungan yang ada selama ini antara kampung
dan keluarga, tetapi juga menyebabkan rumah kami tidak dapat berfungsi dalam
masyarakat kampung.
Bagian
dari keluarga itu yang keadaannya lebih baik dari sisi keuangan, Ibu dan Bapak
Widodo, rupanya sengaja membangun rumah itu seperti itu agar tidak lagi
berfungsi sebagai rumah keluarga. Rumah itu diputus dari kegiatan keluarga dan kegiatan
masyarakat. Bu Sae sendiri mengeluhkan hal itu kepada saya. Dia tidak dapat
lagi pergi ke rumah sepupunya dari pintu belakang rumahnya. Rumah baru itu berdinding
tembok; blok kayu yang panjang menghalangi aliran udara yang sebelumnya
mengalir melalui rumahnya. Rumah baru kami itu tidak saja menghambat aliran
udara tetapi juga menghambat arus orang dan barang. Setelah bagian belakang
rumah kami itu selesai, rumah itu merupakan bangunan yang kokoh dari gang di
depan hingga ke dinding tembok belakang, dan secara efektif membentuk batas
antara apa yang sebelumnya merupakan pekarangan keluarga yang lebih terbuka.
Namun,
rumah itu memiliki sebuah pintu menuju ke halaman belakang, yang separuhnya
menjadi bagian dari dapur. Pintu yang hilang adalah pintu keluar ke sebuah gang
sempit yang merupakan jalan pintas ke jalan menuju barat. Tidak adanya pintu
belakang tidak saja signifikan dari sisi arti pintu itu bagi hubungan kekerabatan,
tetapi juga dari sisi pesan yang dikirimkannya mengenai keadaan sosio-ekonomi
warga kampung yang berubah-ubah. Dan seperti ternyata kemudian, pintu depan dan
pintu belakang sama pentingnya untuk hubungan sosial di kampung, tetapi dari
segi yang sangat jauh berbeda.
Di
Jawa menerima tamu sangat ditekankan. Untuk menerima tamu dengan baik, paling
tidak dia harus disuguhi minum. Sangatlah buruk bila kita tidak siap siapapun
yang datang atau berapa banyak tamu yang hadir. Saya berkali-kali menyaksikan
etika ini dalam kehidupan sehari-hari, tetapi mungkin epiode yang paling banyak
memberi pelajaran kepada saya ialah ketika saya kedatangan tamu dan tidak ada
gula dan teh. Saya minta tolong kepada Mas Yoto, salah satu dari anak-anak yang
selalu menemani kami di rumah, untuk pergi membeli gula, tanpa menyadari apa
yang saya minta untuk dilakukannya. Baru ketika ia kembali dan berjalan masuk
ke dalam rumah dengan kantong gula tersembunyi di balik bajunya, yang terpaksa
dilakukannya karena dia harus masuk dari pintu depan, menjadi jelas bagi saya
tidak adanya pintu belakang di rumah kami sangat dirasakan sebagai kurangnya
rasa soial, bahkan oleh seorang bocah laki-laki berusia sepuluh tahun.
...........................................................................................................................................................................................................................................................................
Dengan studi
etnografinya, Newberry memberikan sentuhan yang detail mengenai kehidupan di
kampung, terutama di masyarakat Jawa yang tersimpan dalam bagian rumah, yaitu
pintu belakang. “Back Door Java: Negara,
Rumah Tangga, dan Kampung Di keluarga Jawa” adalah judul buku itu,
diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia (YOI) yang bekerja sama dengan
KITLV-Jakarta. Buku ini dapat membantu anda yang sedang akan mempelajari
etnografi. Penangkapan fenomena dan pengambilan makna dengan sentuhan etnografi
tampak di setiap babaknya. Tidak heran jika Newberry adalah Ketua Jurusan Antropologi
di University of Lethbridge, Kanada.
Selamat berburu buku.
0 comments:
Post a Comment