Wednesday, September 2, 2015

Masuk Lewat Pintu Belakang


reviewer by pandu pramudita

Masuk lewat pintu belakang, lebih sering menjadi sebuah konotasi negatif di masyarakat, yan berarti sembunyi-sembunyi atau bermain curang. Namun kali ini pintu belakang yang dimaksud memiliki makna denotasi atau makna sesungguhnya, yaitu bagian rumah yang berfungsi untuk keluar masuk dari belakang. Apakah rumah anda memiliki pintu belakang? Mungkin saja ada yang mengatakan, “Mengapa harus ada pintu belakang, belakang rumah saya ada tembok besar berdiri kokoh menghimpit dinding belakang rumah”. Ya, mungkin kecuali rumah mereka yang bagian belakangnya harus berhimpitan dengan sebuah akses yang mati, seperti sungai, tembok, atau barangkali jurang. Saya sendiri tinggal di rumah yang memiliki tiga akses pintu, pintu depan sebagai pintu utama yang menghubungkan halaman dan ruang tamu, di bagian samping depan juga terdapat pintu garasi dimana kebanyakan penghuni rumah ini keluar masuk melewati pintu itu, dan sebuah pintu lagi di belakang yang menghubungkan ruang keluarga langsung ke akses jalan setapak. Dapat saya katakan bahwa pintu utama itu adalah pintu kehormatan, dimana kala tamu berkunjung pintu itu terbuka, pintu belakang adalag akses sosial, dan pintu garasi adalah akses ekonomi di rumah ini. Tapi hal ini membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dan halaman ini tidak cukup untuk menjelaskan itu. Tapi setidaknya, rumah Anda saya harap memiliki pintu akses kedua setelah pintu depan atau pintu utama. Berikut saya akan menyajikan sebuah cuplikan buku yang melihat pentingnya pintu kedua, atau lebih dia tegaskan dengan Pintu Belakang.
...........................................................................................................................................................................................................................................................................
Kami sendiri sangat heran ketika kami kembali untuk pindah ke rumah tersebut dan melihat perubahannya. Sebelum rumah itu selesai, pintu belakang yang melewati tempat kamar mandi (dalam hal ini mencakup toilet) sebelumnya terbuka ke halaman luar sehingga orang dapat dengan mudah pergi ke halaman rumah keluarga Sae dan keluarga Cipto dan pintu belakangnya. Ketika kami kembali, seluruh halaman itu telah berdinding tembok, dan telah ada atap di separuh bagian yang kini menjadi dapur dengan tempat cuci piring, lantai keramik dan air yang disalurkan melalui pipa. Yang paling mencolok, bagian belakang itu kini putus hubungannya sama sekali dengan tetangga-tetangga oleh dinding setinggi lebih dari 2 meter. Bagi kami, ruang baru ini enak, sangat pribadi di belakang rumah, jauh dari intipan mata orang lain. Bagi tetangga-tetangga kami, dinding baru itu tidak saja menandai putusnya hubungan yang ada selama ini antara kampung dan keluarga, tetapi juga menyebabkan rumah kami tidak dapat berfungsi dalam masyarakat kampung.
Bagian dari keluarga itu yang keadaannya lebih baik dari sisi keuangan, Ibu dan Bapak Widodo, rupanya sengaja membangun rumah itu seperti itu agar tidak lagi berfungsi sebagai rumah keluarga. Rumah itu diputus dari kegiatan keluarga dan kegiatan masyarakat. Bu Sae sendiri mengeluhkan hal itu kepada saya. Dia tidak dapat lagi pergi ke rumah sepupunya dari pintu belakang rumahnya. Rumah baru itu berdinding tembok; blok kayu yang panjang menghalangi aliran udara yang sebelumnya mengalir melalui rumahnya. Rumah baru kami itu tidak saja menghambat aliran udara tetapi juga menghambat arus orang dan barang. Setelah bagian belakang rumah kami itu selesai, rumah itu merupakan bangunan yang kokoh dari gang di depan hingga ke dinding tembok belakang, dan secara efektif membentuk batas antara apa yang sebelumnya merupakan pekarangan keluarga yang lebih terbuka.
Namun, rumah itu memiliki sebuah pintu menuju ke halaman belakang, yang separuhnya menjadi bagian dari dapur. Pintu yang hilang adalah pintu keluar ke sebuah gang sempit yang merupakan jalan pintas ke jalan menuju barat. Tidak adanya pintu belakang tidak saja signifikan dari sisi arti pintu itu bagi hubungan kekerabatan, tetapi juga dari sisi pesan yang dikirimkannya mengenai keadaan sosio-ekonomi warga kampung yang berubah-ubah. Dan seperti ternyata kemudian, pintu depan dan pintu belakang sama pentingnya untuk hubungan sosial di kampung, tetapi dari segi yang sangat jauh berbeda.
Di Jawa menerima tamu sangat ditekankan. Untuk menerima tamu dengan baik, paling tidak dia harus disuguhi minum. Sangatlah buruk bila kita tidak siap siapapun yang datang atau berapa banyak tamu yang hadir. Saya berkali-kali menyaksikan etika ini dalam kehidupan sehari-hari, tetapi mungkin epiode yang paling banyak memberi pelajaran kepada saya ialah ketika saya kedatangan tamu dan tidak ada gula dan teh. Saya minta tolong kepada Mas Yoto, salah satu dari anak-anak yang selalu menemani kami di rumah, untuk pergi membeli gula, tanpa menyadari apa yang saya minta untuk dilakukannya. Baru ketika ia kembali dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan kantong gula tersembunyi di balik bajunya, yang terpaksa dilakukannya karena dia harus masuk dari pintu depan, menjadi jelas bagi saya tidak adanya pintu belakang di rumah kami sangat dirasakan sebagai kurangnya rasa soial, bahkan oleh seorang bocah laki-laki berusia sepuluh tahun.
...........................................................................................................................................................................................................................................................................

Dengan studi etnografinya, Newberry memberikan sentuhan yang detail mengenai kehidupan di kampung, terutama di masyarakat Jawa yang tersimpan dalam bagian rumah, yaitu pintu belakang. “Back Door Java: Negara, Rumah Tangga, dan Kampung Di keluarga Jawa” adalah judul buku itu, diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia (YOI) yang bekerja sama dengan KITLV-Jakarta. Buku ini dapat membantu anda yang sedang akan mempelajari etnografi. Penangkapan fenomena dan pengambilan makna dengan sentuhan etnografi tampak di setiap babaknya. Tidak heran jika Newberry adalah Ketua Jurusan Antropologi di University of Lethbridge, Kanada. Selamat berburu buku.

0 comments:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com